Kamis, 14 Juni 2012

[BOOK REVIEW] FIKSI LOTUS VOL. 1




Menghidupkan Kembali Sastrawan Dunia


Judul Buku       : Fiksi Lotus
Penerjemah      : Maggie Tiojakin
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : Cetakan pertama, April 2012
Tebal               : 184 halaman



            Pertama kali melihat cover Fiksi Lotus, saya mengira ini adalah buku luar negeri yang berbahasa inggris. Ternyata saya salah, covernya yang sederhana tapi sangat manis itu telah mengecoh saya. Buku ini adalah buku terjemahan indonesia (diterjemahkan oleh Maggie Tiojakin) dan diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Saya sangat berterima kasih pada mereka yang memungkinkan karya ini bisa dinikmati banyak orang.

            Saya sangat bahagia mengetahui hal ini. Segera saja buku ini menjadi buku wajib dimiliki dan dibaca, secepatnya. Anda sekalian mungkin merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan. Bayangkan saya nama-nama pengarang cerpen-cerpen yang terkumpul dalam buku ini: Anton Chekov, O Henry, Ernest Hemingway, Franz Kafka, Jean-Paul Sartre—Sayang sekali tak ada karya Guy  de Maussapant yang menurut saya harus ada, mengingat dia juga Raja Cerpen di samping O Henry dan Chekov[1].

            Bagi pecinta sastra klasik, nama-nama itu pastilah tak asing karena mereka adalah pengarang-pengarang yang sangat brilian, yang karya-karyanya bertahan puluhanan tahun seolah mereka masih hidup sampai saat ini. Tapi nama-nama yang saya sebutkan tadi itu belum semua. Ada empat belas pengarang dengan karya mereka masing-masing.

            Saya sangat tertarik pada cerpen penutup oleh W. Somerset Maugham dengan judul terjemahan: Kalung Mutiara.  Judul aslinya: A String of Beads. Saat saya membaca cerpen pamungkas ini, seolah saya dihadapkan oleh sebuah jigsaw. Saya merasa pernah membaca cerpen ini namun bukan ini. Tak lama kemudian saya mengerti alasannya. Dulu, saya pernah membaca cerpen dari Maugham juga, cerpen itu dimuat dalam buku Sastra dan Tekniknya karya Mochtar Lubis.

            Di buku itu, cerpen W. Somerset Maugham berjudul: Si Pintar. ternyata memang mirip tapi tak sama. Kedua cerpen ini (Si Pintar dan Kalung Mutiara) sama-sama membicarakan Mutiara tapi isinya tak sama. Cerpen Si Pintar menceritakan tentang tokoh bernama Mr. Kelada yang mengetahui rahasia dibalik mutiara termahal yang pernah dia lihat. Pemilik mutiara itu, Nyonya Ramsay, tahu bahwa Mr Kelada yang benar-benar pintar itu mengetahui rahasia dibalik mutiara indahnya.

            Namun, pada cerpen yang terhimpun dalam Fiksi Lotus, Maugham, menulis cerpennya seolah dia mengenang percakapan dengan temannya yang bernama Laura. Di sana Laura banyak mengisahkan tentang ‘kisah nyata’ mengenai pesona mutiara mahal lainnya. Bahkan Laura juga menyarankan cerita itu sebaiknya dijadikan bahan untuk fiksi Maugham. Namun Maugham menolaknya dengan mengatakan, “Sayang sekali, aku suah pernah menlis sebuah cerita tentang seuntai kalung mutiara. Seorang penulis tidak bisa terus-terusan menulis tentang kalung mutiara.” Tapi perkataannya ini pasti Maugham ingkara, buktinya cerpen ini lahir.

            Tapi yang paling menyentak saya adalah ending cerpen ini. Kesimpulan akhirnya seolah mengatakan bahwa kisah bermoral itu terdengar membosankan. Ya. Inilah simpulan saya atas cerpen ini. Dan memang benar, cerpen bermoral kadang terdengar membosankan. Kita (atau saya) lebih menyukai kisah yang mendebarkan, di luar kebiasaan, rahasia hitam atau kisah yang didalamnya banyak mengandung unsur kejahatan seperti pembunuhan, perselingkuhan, permusuhan dan kehidupan kelam lainnya.

            Namun Tuhan selalu mengadakan sesuatu yang seimbang. Selalu ada pengecualian, termasuk tentang kisah bermoral.

            Dan di dalam kumpulan cerpen ini, tersimpan cerpen bermoral yang sangat menyentuh dan menjadi banyak orang—termasuk saya; saya sangat mencintai cerpen ini sampai-sampai saya kisahkan berulang-ulang. Cerita itu saya kisahkan pada murid-murid mengaji saya, saya ceritakan pada tetangga, pada keluarga, pada teman-teman, dan mereka semua terpukau oleh kisah itu. Kisah hebat itu adalah: Pemberian Sang Magi atau lebih terkenal dengan Hadiah Natal karena puluhan tahun selalu dimuat pada akhirtahun atau hari-hari sekitar Natal di banyak negara dunia, termasuk Indonesia. The Gift of Magi yang llegendaris itu pertama kali diterbitkan tahun 1907, berarti sudah lebih dari seabad lamanya, namun tetap bersinar hingga kini. 

Hadiah buku "Fiksi Lotus" dari Maggie Tiojakin,
penerjemah Fiksi lotus. Beserta Tanda tangan.
            O Henry, nama samaran William Sydney Porter, penulis kisah legendaris ini memang menyukai sastra sejak kecil dan kini namanya abadi bersama kisah bermoral itu. Dan yang seringkali terjadi pada penulis yang menghasilkan Magnum Opus atau Masterpiece lainnya, penulis ini pernah dipenjara. Saya belum mendapatkan informasi apakah Pemberian Sang Magi ini ditulisnya di penjara atau tidak. Jika O Henry menulis kisah ini di penjara, betapa menakjubkan, bukan? Pesan moralnya pun sangat jelas, orang-orang murah hati yang sering memberi (di saat lapang atau sempit), adalah orang sangatlah bijaksana. Bahkan hadiah itu adalah benda paling berarti, benda paling dicintai. Tentu di tangan yang lain kisah bermoral ini bisa jugamembosankan, tapi di tangan yang tepat (O Henry) kisah ini dirangkai dengan penuturan yang unik dan twist ending yang menawan.

            Dalam kumpulan cerpen yang manis ini, terdapat juga cerpen-cerpen menakjubkan lainnya. Seperti cerpen dari penulis mesir peraih nobel, Najib Mahfudz (di barat tertulis Naguib Mahfouz) dengan cerpennya Evil Adored atau Penyembah Iblis yang kemudian diterjemahkn dengan judul Republik di kumpulan fiksi lotus ini. Menceritakan bagaimana kemunafikan petinggi-petinggi sebuah republik yang sangat ironis sekali, bahkan tragedi.

            Kisah yang menjadi favorit lainnya tentulah Menembus Batas karya Saki. Menceritakan dua orang musuh bebuyutan yang terjerembab di tengah hutan saat malam pekat, enunggu nasib menentukan hati sang kekasih.

            Ada pula cerpen berjudul Gegap Gempita dari Anton Chekov yang selalu memesona dengan kisah lucu namun penuh makna—memang gaya Chekov—yang menceritakan seorang prajurit yang menemukan namanya dicetak di atas koran dan tak sabar menunjukkannya ke semua orang.

            Cerpen terpanjang ditulis oleh Jean-Paul Sartre dengan judul Menjelang Fajar yang membuat saya bermimpi buruk. Setelah membaca cerpen ini, saya bermimpi menjadi salah satu narapidana seperti dalam kisah. Gambaran-gambaran yang sangat ngeri ditampilkan oleh Sartre hingga menancap padah ingatan bawah sadar saya.

            Cerpen terpendek dan terunik bagi saya adalah Pesan dari Sang Kaisar yang ditulis oleh penulis novel The Metamophosis yang terkenal, Franz Kafka. Kisah yang sangat pendek itu mengisahkah Sang Kaisar sekarat yang mengutus seorang kurir untuk mengantarkan pesan yang sangat penting untuk Anda sekalian. Anda pasti penasaran tentang pesan itu. Masih banyak lagi cerpen-cerpen unik dan lucu lain seperti Charles by Shirly Jeckson, Dering Telepon oleh Dorothy Parker.
            Ada juga cerpen yang membingungkan seperti judulnya: Teka-Teki karya Walter De La Mare. Cepen yang mengharukan sepert Ramuan Cinta karya John Collie dan Sang Ayah karya Bjornstjerne Bjornson.

             Membaca karya mereka sama saja menggali liang kubur mereka dan menghidupkan kembali para sastrawan dunia itu.





 Urutan penulis dari kiri ke kanan dan judul asli cerpen yang terhimpun dalam Fiksi Lotus Vol. 1
  1. "The Riddle" by Walter de La Mare diterbitkan pertama kalipada tahun 1923
  2. "The Chaser" by John Collier diterbitkan pertama kalipada tahun 1951
  3. "The Father" by Bjornstjerne Bjornson diterbitkan pertama kalipada tahun 1907
  4. "The Gift of Magi" by O Henry diterbitkan pertama kalipada tahun 1907
  5. "The Interlopers" by Saki diterbitkan pertama kalipada tahun 1919
  6. "The Upturned Face" diterbitkan pertama kalipada tahun1900 
  7. "A Clean, well-Lighted Place" by Ernest Hemingway diterbitkan pertama kalipada tahun 1926
  8. "Rapture" by Anton Chekov diterbitkan pertama kalipada tahun 1884
  9. "Charles" by Shirley Jackson diterbitkan pertama kalipada tahun 1948
  10. "The Telephone Call" by Dorothy Parker diterbitkan pertama kalipada tahun 1930
  11. "The Message from the Emperor" by Franz Kafka diterbitkan pertama kalipada tahun 1917
  12. "Evil Adored" by Naguib Mahfouz diterbitkan pertama kalipada tahun 1936
  13. "The Wall" by Jean-Paul Sartre diterbitkan pertama kalipada tahun 1933
  14. "A String of Beads" by W. Somerset Maugham diterbitkan pertama kalipada tahun 1921


[1] Hadjid Hamzah, redaktur dan wartawan asal Yogyakarta, dengan banyak pertimbangan menetapkan Anton Chekov, Maupassant dan O Henry sebagai ‘Raja Cerpen Dunia’. (Bestseller Dunia,  Grafindo: 2006)