Minggu, 15 Juli 2012

[RESENSI BUKU] NORAK-NORAK BERGENBIRA


APA JADINYA TRAVELLING BARENG PENULIS GOKIL?

Judul Buku: "Norak-Norak Bergembira"
Penulis: Dewi Rieka, Beby Haryanti Dewi, Indradya Susanto Putra, Dian Kristiani, Iwok Abqary, Ariyanto.
Penerbit: Pastel Books.
Terbit: Bandung, Mei 2012, cetakan I.
Tebal: 184 halaman.


            Saat aku tidur pagi (maklum lagi liburan), pintu rumah digedor seseorang. “Iya...” jawabku dengan nada jengkel. Orang di luar pintu berkata, “Pos!” Instingku langsung bekerja. Meski masih sangat mengantuk tubuhku bergerak limbung. Ini karena bahagia mendapat buku, aku tau itu sangat pasti karena dua minggu yang lalu aku memenangkan BUSER (Rabu Seru) di facebook Sahabat Qanita.

            Dengan performance khas ala orang bangun tidur aku membuka pintu sambil tersenyum ngantuk. Pak Pos berkata, “Mas ini sering mendapat kiriman buku ya?” aku Cuma bisa mengiyakan, menandatangani, berterimakasih, dan menutup pintu kembali. Kukoyak bungkusan coklat nan rapi itu. Kuambil bukunya dan kukuliti plastiknya. Kuusapkan plastik tadi ke wajahku, hmmm... lembutnya. Kubuka buku antologi kisah travelling berjudul Norak-Norak Bergembira itu dan kutempelkan dihidungku. Hmmm... aroma buku baru selalu menentramkan.

            Pertama kali melihat covernya saja aku sudah ketawa. Di sini saja sudah tercium aroma kekonyolan buku ini. Di covernya terpampang satu koper (kopernya masih baru dan masih ada bandrolnya) berisi barang-barang aneh seperti sandal jepit, sandal kelompen, topi caping petani, tremos, sentolop,  radio butut, dll. Aneh banget pokoknya. Tapi cover ini juga agak menipu. Di covernya terdapat gambar Menara Eiffel (Paris yang sangat saya impi-impikan) tapi tidak ada kisah dari Paris yang saya nanti-nantikan itu sampai di akhir buku. Ada juga Patung Liberty yang tidak ada kisah Amerikanya, serta Menara Pissa yang tidak ada kisah Italianya.

            Dengan jendela terbuka dan sambil tiduran, aku mulai membaca kisah-kisah perjalanan ke luar negeri ini. Mulailah perjalananku keliling dunia. Dalam waktu tidak sampai setengah hari, buku ini kutuntaskan dengan derai tawa dan bahagia. Tertawa karena penulis-penulis di buku ini super gokil dan bahagia karena aku serasa berjalan-jalan ke luar negeri bersama mereka, dipandu oleh para penulis kocak ini, menikmati senang sedihnya di negeri orang.

            Ada delapan kisah dalam buku ini yang ditulis oleh tujuh penulis (Ariyanto menulis dua kisah). Kisah pertama dari Dewi “Dedew” Rieka, berjudul Ketika Wong Dusun Pergi Umrah. Indradya Susanto Putra mengisahkan kisah kedua: Guru GadunganMengejar Martabak Mesir oleh Arif “Achoer” Kurniawan, kisah ketiga. Iwok Abqary dengan Norak-Norak Bergembira-nya di urutan kelima. Beby Haryanti Dewi dengan Bisa...Salah, Enggak Bisa...Bermasalah di urutan enam dan Katrok Goes to Hong Kong oleh Dian Kristiani serta ditutup dua kisah perjalanan dari Ariyanto: Orkresta Ludah di China dan She’s a Man.

            Mari jalan-jalan ke Makkah-Madinah bersama  Dewi Rieka yang sedang menjalankan ibadah umrah. Kisah ini seru karena sang penulis wanita kita ini sedang hamil muda (kira-kira tujuh minggu) saat itu.Over All kisahnya bikin ketawa terkikik-kikik, seperti saat dia menuliskan bagaimana kecintaan berlebihan suaminya akan Unta, pengalamannya yang sering kentut di sana sehingga bolak-balik wudhu ke tempat wudhu yang lumayan jauh, dan juga ketika dia didorong di atas kursi roda oleh anak kecil gempal dari Arab Saudi dengan kebut-kebutan, tapi juga ada suasana spiritual yang kental di sana, seperti saat tiba-tiba seorang wanita arab mengelus perutnya yang masih datar, entah bagaimana wanita itu tahu kalau Dewi sedang hamil. Begitu juga pengalamannya didoakan oleh ustad dan seluruh rombongan untuk kandungannya. Dan di saat-saat tertentu kegokilannya pupus dan berganti derai air mata saat dia thawaf di Ka’bah

            Kencangkan sabuk pengaman Anda, karena Indra akan membawamu jalan-jalan ke Ukraina. Dia mengaku jalan-jalan ke negara pecahan Uni Soviet itu berkedok mengajar, menjadi Guru Gadungan. Sebenarnya tidak gadungan, sih. Kemampuannya dalam mengajar bahasa inggis memang tidak diragukan lagi, tapi Backpackingnya itulah tujuan utama. Dia profesional dalam mengajar. Persiapannya pun tak main-main. Dia membawa angklung, baju batik, kain jarik, dan blangkon untuk memperkenalkan budaya Indonesia katanya. Kegokikan Indra belum berhenti disitu saja. Dia juga sukses mengibuli bule-bule Ukraina dengan mengatakan bahwa Mie Instan (yang katanya bule sana rasanya sangat enak) adalah makanan tradisional indonesia dan perlu berbulan-bulan untuk belajar cara memasaknya. Dia juga berhasil mengerjain anak-anak Ukraina yang dia ajar di kelas delapan (2 SMP) yang bandelnya minta ampun dengan memberi tiga lembar uang ribuan yang masih mulus. Salah satu anak ada yang bertanya nilainya, dan Indra menjawab, “Satu dolar sama dengan seratus rupiah”. Anak-anak itu pun kasak kusuk setelah pelajaran akan menukarkan uang itu ke money changer sepulang sekolah. Padahal di Ukraina tidak ada uang rupiah. Ada lagi tulisannya yang sedikit ‘hot’ yang bikin ketawa.

            Kemudian Anda akan diajak oleh Arif Achoer berpanas-panas ke Mesir yang sangat eksotis. Saya bisa menangkap keeksotisan Mesir saat dia menggambarkan Spink yang bila malam disinari cahaya lampu sorot dari beberapa sudut. Wau! Begitu pula Sungai Nil saat sunset. Dia mengutip Heredotus, pujangga Yunani yang pernah mengatakan, “Mesir adalah hadiah dari Sungai Nil”. Memang, tanpa Nil, Mesir hanyalah gurun tandus dan tidak ada kehidupan di atasnya. Berkat anugerah Tuhan berupa Sungai Nil inilah, negeri para nabi ini pun subur dan indah. Achoer juga menceritakan kegolikanya saat pup di hotel Abu Dhabi yang mewah itu. Saking mewahnya, dia tidak bisa menggunakan WC dan melakukan perbuatan yang kurang ajar. Di sana dia belajar di universitas favoritnya mahasiswa islam, di universitas tertua di dunia, Universitas Al Azhar yang masyhur.

            Dublin di depan Anda. Anda akan diajak ke ibukota Irlandia oleh Iwok Abqary yang tulisannya dijamin bikin Anda tertawa sampai guling-guling. Terutama saat dia menelaskan kendala bahasa di sana. Anda juga akan diajak Beby ke Jerman yang terkenal rasialis itu. Pada mulanya, dia diselamatkan oleh bahasa tarzan, karena ketidakmampuannya berbahasa jerman. Kekurangannya satu ini menyebabkan dia serba salah, jadi dia belajar bahasa jerman sampai benar-benar mahir dan mendapat perinkat satu sempurna di sekolah bahasanya. Dan di saat dia bisa bahasa jerman pun, dia masih bermasalah, dia adu mulut bersama penduduk sekitar. Ada lagi kisah dari Dian Kristiani yang ke Hong Kong dan tidak sadar memakan bacon (daging babi) yang dia hindari, insiden bacon itu membuatnya kelewatan turun di tempat tujuannya dan berinteraksi dengan kakek tua pengisi TTS yang menyisakan kisah yang sangan gokil. Kemudian Ariyanto menuliskan kebiasaan aneh di salah satu kota di China yang penduduknya membuang ludah sembarangan seperti budaya dan tradisi saja. Lalu kisah terakhir yakni tentang banyaknya transeksual di Thailand dan penerimaan mereka di negara Gajah Putih itu. Bahkan, banyak para lelaki sana yang berdandan dan benar-benar sangat cantik.

            Buku ini sangat asyik dinikmati siapa saja, apalagi dia seorang Backpacker atau Traveller. Buku ini juga bagus sekali bagi Anda yang ingin jalan-jalan ke luar negeri karena pengalaman mereka bisa menjadi guru yang sangat berharga di sana. Buku ini penting juga dibaca oleh calon travel writer. Dengan dilengkapi foto-foto, dijamin Anda akan ngiler ingin ke luar negeri juga (Mungkin kekurangan buku ini: ada beberapa kisah yang tidak dilengkapi foto). Membaca buku ini salah satu jalan keluar untuk rasa keinginan itu. Anda akan puas diajak mereka melancong berkeliling dunia dengan kegilaan mereka yang nyata! Selamat membaca dan tertawa sampai sakit perut!


Sidoarjo, 5 Juli 2012