Kamis, 28 Maret 2013

(Movie Review) HOW TO TRAIN YOUR DRAGON



Apa yang lebih menyakitkan bagi seorang putera saat sang ayah mengatakan, “Kau bukan anakku!”, apa yang lebih menyakitkan?

Jawabannya adalah: Tidak ada! Itu adalah kalimat paling kejam yang pernah diunkapkan seorang ayah pada putranya, dan kalimat paling menyakitkan yang didengar seorang putera dari ayahnya!

Dan itulah yang didengar Hiccup (baca: Hik-kap) karena seluruh dirinya (baik fisik, pikiran, maupun perasaan) sama sekali berbeda  dengan apa yang diharapkan ayahnya yang merupakan kepala suku Viking! Yah! Semua dari kita akan membayangkan orang-orang tinggi besar, kekar, pemburu naga dan sebagainya untuk menggambarkan tokoh Viking, dan Hiccup lain, sangat lain: dia bagai tulang yang bersuara, tanpa otot dan tidak mau membunuh naga (membunuh naga adalah impan setiap Viking) dia malah bersahabat dengan mereka (para naga). Pokknya Hiccup adalah orang Viking yang sangat tidak Viking!


Sebenarnya dia juga ingin menjadi bagian dari bangsa Viking, dia ingin membunuh naga, tapi keinginan itu hilang sama sekali malah ketika dia berkesempatan membunuh naga misterius, naga yang belum pernah seorangpun melihatnya, mencatat ukuran, kecepatan dan kekuatannya, mereka hanya menuliskan, “Jangan pernah melawan naga ini! Sembunyi dan berdoa agar dia tidak menemukanmu!” padahal di bagian lain dalam ensiklopedia manual naga selalu dikatakan, “Sangat Berbahaya, Bunuh saat dilihat, atau Bunuh di tempat!” tapi tidak ada yang berani pada naga yang tidak teridentifikasi ini, jenis naga itu ialah: Night Furry!

Night Furry, terdengar sangat indah bukan?

Dan Hiccup pada suatu waktu, karena sebuah kebetulan, berpeluang besar untuk membuktikan dirinya dengan membunuh naga itu, membawa jantungnya kepada sang ayah, namun tidak dia lakukan, alih-alih dia malah membebaskan sang naga. Di situlah awal persahabatan terlarang manusia dan naga bermula.


Mereka belajar untuk saling memahami satu sama lain, bekerja sama untuk terbang. Tapi, tungu dulu, kenapa mereka bekerja sama untuk terbang? Hehe.. hayo kenapa? Tau gak?

Oke, meskipun sebagian dari kalian sudah menonton filmnya, aku akan tetap memberi tahu, Tootles (Gigi Ompong, nama yang diberikan Hiccup kepada Night Furry karena semula dia tidak mengeluarkan gigi-gigi tajamnya) kehilangan separuh sayap ekornya yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan saat terbang. Saat itulah Hiccup membuatkan sebuah alat bantu, sebuah tiruan sayap ekor!


Kisah ini begitu seru dan mengasyikkan, namun di sana-sini bertebaran sisi psikologis ditampilkan yang membuat kita merenung dan tersadarkan. Cara sang tokoh utama berpikir dan bertindak yang di luar kebiasaan masyarakat, serta kebaikan hatinya, akan menyentuh hati kita pula, menggugah kesadaran kita. Bahkan kisah ini bisa menumbuhkan ketegaran saat kita melihat Hiccup pada akhirnya kehilangan satu kakinya. Namun dia masih menerima dengan tabah, itulah yang paling saya salutkan.


Sebelum peristiwa mengharuan itu, terdapat adegan-adegan romantis sebelumnya, tatkala Astrid tidak percaya bahwa naga itu juga baik dan bisa diajak kerja sama dan bersahabat, tapi Hiccup dan Tootles membuktikannya dengan membawa Astrid terbang dan membuatnya terpesona:




Dia tokoh utama yang semula terlihat lemah, namun di balik itu dia memiliki pengamatan yang tajam, keberanian yang tulus, sehingga dia mampu mengubah paradigma dan sebuah tradisi, kebudayaan dengan menyeluruh secara efektif. Dari semula masyarakat Viking memburu para naga, membunuhnya, membantainya, sekarang menjadikan mereka peliharaan dan sahabat.

Ada satu dialog yang masih saya ingat antara ayahnya dan Hiccup, kurang lebih seperti ini:
Ayah: “kau memilih menyelamatkan naga daripada orang-orangmu? Tidakkah kau tahu bahwa mereka telah membunuh ratusan dari penduduk suku kita?!”
Hiccup: “Iya, tapi kita telah membunuh ribuan dari mereka.”

Adalagi saat dia ditanya Astrid, wanita pujaannya:
“Kenapa tidak kau bunuh saja naga itu?”
lalu Hiccup menjawab, dengan amat kecewa. “Ya. Kenapa tidak kubunuh saja dia?
"Aku tidak mau membunuh naga, aku adalah orang Viking satu-satunya dari 300 tahun yang lalu yang tak mau membunuh naga.”
Astrid: “Tapi orang pertama yang menungganginya.” kata-ka Astrid menggetarkannya.
Hiccup: “Saat aku melihat matanya, aku melihat diriku sendiri, dia ketakutan sepertiku, dia hanya melindungi diri. 

Lalu konflik semakin menanjak hingga menukik pada klimaks mereka bertemu dengan sang raja naga yang amat sangat kuat dan besar, pada saat itu para Viking tidak mampu menghadapinya, mereka seperti pasrah pada kematian, meski mereka tetap melawan sepenuh tenaga. Dan di sanalah kepemimpinan Hiccup bersinar, dia memimpin teman-temannya yang semula meremehkan berbalik menjadi kagum padanya. Bersama npara aga, Hiccup dan kawan-kawannya bekerja sama untuk menghadapi si Raja Naga yang hendak menghabisi seluruh masyarakat Viking. Terjadi pertempuran di atas awan. Saat para naga itu menyemburkan api atau halililntar, langit menyala, terbakar, adegan menggetarkan yang amat indah.

Dan sebelum Hiccup terbang melawan, sang ayah mengatakan:
Ayah: “Maafkan aku atas semuanya, kau tak perlu kesana.”
Hiccup: “Kita orang Viking. Itu resiko gelar kita.”
Ayah: “Aku bangga memanggilmu anakku.”

Silahkan menontonnya sendiri untuk mengetahui akhir kisahnya. Film ini diangkat dari buku fantasi karangan Cressida Cowell yang belum saya baca, saya berencana akan membacanya nanti, karena sangat terpesona filmnya, pasti bukunya jauh lebih hebat. Dan tiadalah arti sebuah kisah kalau kita tak bisa mengikat maknanya, menyesap hikmahnya. How to Train Your Dragon, adalah tontonan yang baik bagi kita semua.



Koleksiku untuk seri How To Train Your Dragon

(BOOK REVIEW) HOW TO TRAIN YOUR DRAGON


Menjadi Pahlawan Dengan Cara Sulit

~Kisah Kepahlawanan Hiccup Horrendous Haddock III~

~oOo~


Judul: How To Train Your Dragon (Bagaimana Cara Melatih Nagamu)
Penulis: Cressida Cowell
Penerbit: Mizan Fantasy
Tahun: cetakan ke 2, 2010
Penerjemah: Mutia Dharma


Dulu sekali sebelum saya gila buku, ketika buku ini baru terbit, saya sangat ingin membeli buku ini karena judulnya yang unik (mirip buku pengembangan diri karena ada kata ‘How to’-nya), cover dan fisik buku yang imut, serta sinopsis di belakang buku yang membuat penasaran! Jadi kesimpulannya, buku ini manis sekali dan pastinya ceritanya juga keren.

Tapi karena waktu itu saya belum gila buku, jadi saya tidak membelinya. Dan lagi, beberapa bulan berikutnya saya mendapatkan filmnya dari seorang teman. Saya sudah meresensi filmnya yang bisa dilihat di sini. Lalu tahun berganti dan di awal tahun 2013 kemarin, Mizan mengadakan obral buku besar-besaran. Ke-lima seri How To Train Your Dragon yang sudah diterjemahkan Mizan Fantasy diobral 40%, saya ciduk semuanya.Oh ya, sebelumnya saya selalu salah mengira nama penulisnya, seya selal mengatakan ‘Orwel’ bukan ‘Cowel’! Sungguh prestasi yang mengejutkan :P

Nah, sekarang akan saya ceritakan buku ini. Dibanding dengan filmnya yang luar biasa keren itu, buku ini jauh berbeda t; Baik karakter maupun alurnya, sangat berbeda. Dalam film, seperti kata seorang teman, terkesan serius. Tapi bukunya, sangat gokil abis. Saya tersenyum di tiap paragrafnya, tertawa dari level satu sampai level sepuluhpun saya pernah. Buku ini sangat jauh dari kata ‘membosankan’ dan juga unik. Uniknya adalah buku ini oleh penulisnya dirancang seperti buku sejarah beneran, ditulis oleh Hiccup Horrendous Haddock III, dan penulisnya sendiri mengakui dia hanyalah penerjemah. Haha. Kurasa Cressida Cowell memang juga sangat konyol.

Buku yang dikatakan ditulis oleh Hiccup (baca: Hik-kap, artinya’cegukan’) ini adalah sebuah buku untuk menyempurnakan buku yang sangat aneh yang ditulis oleh cendikiawan bangsa Viking pada zaman dahulu kala yang juga menuliskan “How To Train Your Dragon”. Nama cendikiawan itu ialah Profesor. Dr. Yobish. B.A. M.A. Hons. Dll. Nama yang super aneh! Buku tersebut diterbitkan penerbit Kapak Besar dan memenangkan medali emas untuk buku terbaik kaum bar-bar. Buku Dr. Yobish itu sangat bagus, disampuli kulit naga anti bakar dan beberapa hiasan berupa ukiran emas di pojokan sampul buku.

Anda akan tertawa terpingkal-pingkal membaca buku karangan Dr. Yobbish ini. Dan akan semakin terpingkal-pingkal saat membaca komentar dan pujian untuk buku ini. Serta harganya pun juga konyol. Saya ingin membocorkan spoiler tentang buku Dr. Yobbish ini tapi sepertinya akan saya simpan rahasia buku legendaris ini. Untungnya Hiccup menyempurnakan buku terdahulu dan ‘diterjemahkan’ Cressida Cowell lalu sampai pada kita melalui penerbit Mizan Fantasy. Kalau tidak pernah membaca buku ini, tidak ada lagi kenangan untuk naga-naga yang punah itu atau mungkin sedang bersembunyi sekarang.

Jika sebelumnya saya menyinggung buku ‘How To’-nya Dr. Yobbish, mari sekarang kita beralih ke ‘How To’nya Cressida Cowell. Kisah ini menceritakan kisah pahlawan Viking bernama Hiccup yang berjuang amat keras dan sulit untuk bisa berjaya. Dia dilahirkan oleh ketua suku Holigan Berbulu, tapi seluruh fisik dan tingkah lakunya sangat jauh dari harapan seorang pahlawan. Dia kurus dan berbintik-bintik. Berbeda denga teman-temannya yang berotot, brengsek, beringas dan galak. Nama-nama eman Hiccup dan masyarakat pada waktu itu lucu-lucu, disesuaikan dengan fisiknya. Seperti Hiccup yang sering cegukan, lau ada Dogsbreath the Duhbrain (nafas anjing si otah udang), Sishleg (si kaki ikan), Snotface (si muka ingus, yang selalu mempermainkan Hiccup), Gobber the Belch (Gobber si Tukang Sendawa) dlsb. Mereka memiliki tradisi bahwa anak lelaki yang cukup umur harus mencari naga pendamping dan pada perayaaan Thor’s day Thursday (hari kamis Thor) mereka akan diadu dengan sesamanya dan suku lain. Dan bagi mereka yang kalah, akan dibuang.

Karena sebuah insiden yang memalukan, ke-duapuluh anak yang mengikuti inisiasi ini gagal. Dan mereka harus dibuang semuanya. Tapi terjadi hal yang tidak biasa, badai yang sangat besar (yang orang Viking percaya adalah amukan Dewa Thor karena anak-anak Viking memalukan) sampai membuat naga legendaris yang tidur berabad-abad di dasar lautan terdalam terangkat. Naga itu adalah naga Lautus Maximus yang ukurannya benar-benar raksasa, sekitar 20 kali lebih besar daripada paus biru. Badai gila yang sangat besar itu mengocok lautan dan mengangkat si Naga Lautus Maximus sampai terdampar di pantai pulau Berk, pulau suku Hooligan yang sedang dilanda kecewa pada anak-anaknya.

Dan di sinilah Hiccup dan Naganya super kecilnya (Tootles: ompong, untuk membuatnya menakutkan, dia mengganti namanya menjadi “Naga Lamunan Ompong! Ha!) mengalahkan Naga pembunuh berukuran super jumbo tersebut dengan cara yang lucu dan sangat aneh.

Saya tidak menyangka, bahasa indonesia yang katanya kaku, ternyata bisa sangat luwes membikin orang sering tertawa melalui buku terjemahan ini. 
Baca buku ini, dijamin anda akan senantiasa tertawa :D