Jumat, 31 Mei 2013

AYO BACA KUMCER!

            Umar Kayam pernah mengeluh, bahwa frekuensi pembicaraan cerpen jauh di bawah frekuensi pembicaraan novel. Padahal cerpen adalah jenis sastra khas yang perlu diomongkan juga. Karena itu ia menganjurkan para cerpenis untuk menerbitkan karyanya sebagai buku, karena biasanya sarjana, pengaman sastra, dan resensor (peresensi) hanya suka membahas buku. (dikutip dari Nulis Cerpen Yuk! Karya Mohammad Diponegoro, 167)


Koleksi Kumcer Indonesia
Koleksi Kumcer Terjemahan
             
             Memang benar apa yang dikeluhkan Umar Kayam dan oleh karena itulah saya sangat antusias dengan adanya rencana baca buku bareng kumcer yang dijadikan tema untuk akhir bulan ini oleh para Blogger Buku Indonesia. Karena koleksi kumcer saya lumayan banyak juga dan banyak di antaranya yang belum tersentuh.

            Masih dalam Nulis Cerpen Yuk! Mohamad Diponegoro mengatakan, “Dunia cerpen ialah alam di dasar laut karang. Makin dalam kita menyelam dengan minat tajam, makin asyik dan terpukau kita oleh keindahan dan kekayaannya. Kita bias tergiur untuk jatuh cinta dan akhirnya membatalkan niat sama sekali untuk kembali ke daratan. (hlm. 19)
Buku non fiksi tentang Cerpen


            Sekali lagi saya setuju. Ada kenikmatan tersendiri saat membaca cerpen. Jumlah halaman pada cerpen yang sedikit membuat saya segera ingin mengetahui endingnya! Ada saat-saat penyingkapan yang bias kita tunggu pada cerpen yang terasa amat menggetarkan seperti saat saya membaca “Hadiah dari sang Magi”-nya O Henry. Kadang-kadang saya akan terbengong dan ketawa terbahak-bahak seperti saat saya membaca “Barang Antik”-nya Anton Chekhov. Menggigil penuh kengerian membaca “Dinding”-nya Sartre. Geleng-geleng membaca cerpen-cerpen Danarto atau jatuh dalam keheningan yang lama saat menyelesaikan “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” Kuntowijoyo dan “Robohnya Surau Kami” AA Navis.

            Pada kesempatan ini, saya memilih dua kumcer yang akan saya resensi. Silahkan klik untuk membaca resensi tersebut:



[BOOK REVIEW] CHEKOV THE EARLY STORIES



AWAL PERJUMPAAN DENGAN SANG RAJA



Judul          : Matinya Seorang Buruh Kecil
Judul Asli  : Chekov The Early Stories
Pengarang  : Anton Chekov
PenerBIT   : Melibas (sekarang menjadi Scripta Manent)
Tahun          : 2001

Aku memilih Anton Chekov sebagai raja cerpen dunia! Akan kuutarakan alasannya nanti kenapa aku begitu mengagumi beliau, sekarang terlebih dahulu akan kuceritakan awal perjumpaan dengan sang raja ini!
 
Awal aku gemar membaca adalah ketika duduk di SMA. Waktu itu kehidupanku sedang berubah. Biasanya selalu ada dua kakak yang menemaniku, lalu tiba-tiba aku menjadi seperti anak tunggal dalam keluarga. Kedua kakakku masuk perguruan tinggi di Malang. Usia mereka yang hanya berjarak dua tahun (jarak denganku 9 tahunan) membuat mereka bisa kuliah dalam kampus yang sama dan tinggal dalam kost yang sama juga, meskipun mereka berbeda jurusan. Dan di sinilah aku, di rumah kesepian.

Untuk membunuh waktu-waktu yang sepi, aku mulai membaca buku peninggalan kakak sulung. Ternyata enak sekali membaca itu. Lalu setelah beberapa buku kubaca, kutemukan buku dengan cover yang sangat jelek: biru polos dengan foto laki-laki di tengah! Ha! Aku masih sangat ingat waktu itu sore menjelang petang, aku mulai membacanya tanpa minat (waktu itu aku belum mengenal Anton Chekov dan belum gemar membaca cerpen). Saat mulai kubaca, jidatku langsung berkerut! Apa ini? Ceritanya sangat aneh! Cerita pertama berjudul Peristiwa di Pengadilan dibuka dengan kalimat: “Belum lama ini ada suatu peristiwa yang terjadi pada sidang pengadilan di distrik N.” Nah lo! Aneh sekali bukan? Tapi di kemudian hari aku tahu bahwa kalimat pembuka itu keren! Kata ‘belum lama ini’ membuat kisah itu seolah-olah baru terjadi beberapa minggu atau beberapa hari yang lalu. Padahal Chekov menulisnya di tahun 1900an terpaut lebih 100 tahun (satu abad) saat kubaca karyanya, tapi cerita tetap terasa baru.
 
Anton Pavlovich Chekov
Seperti yang kukatakan tadi, aku ingat betul mulai membacanya sore menjelang magrib. Cerpen pertama kukunyah dengan perasaan heran, aneh sekali ceritanya! Tapi kok beda ya? Lalu adzan magrib membuatku mengingatkanku untuk berhenti sejenak. Tapi tidak kugubris. Aku mau baca satu cerita lagi. Nanti kalau iqomah saja aku pergi sholatnya. Aku pun membaca cerpen kedua. Dan sepulang dari berjamaah sholat di musholah aku ingin membaca buku itu lagi. Tidak pernah sebelumnya aku merasakan ketagihan membaca seperti itu. Padahal aku cukup tersiksa dengan istilah dan kata-kata bari yang Chekov tulis, mengingat waktu itu aku belum terbiasa membaca buku terjemahan. Tapi cerita keseluruhannya dapat kupahami dan sangat indah.

Tema cerita yang diangkat Chekov tak muluk-muluk. Sederhana sekali. Namun banyak renungan, sindiran dan krikik sosial di dalamnya serta banyak sekali hikmah kehidupan yang bisa dipetik di dalamnya. Ada 13 cerpen yang semuanya kusukai. Semua kisahnya unik dan sangat berkesan mendalam. Dan yang paling hebatnya lagi adalah cerpen-cerpen Chekov tak pernah usang! Mau dibaca berulang-ulang tak akan pernah bosan dan malah terlihat lebih hidup dan semakin menyentuh saat mengulang membacanya.

Dari 13 cerpen ini yang paling saya sukai adalah yang berjudul “Barang Antik”. Ceritanya adalah seorang pasien bernama Sasha, anak tunggal dan yatim, yang tak mampu membayar jasa yang amat besar dari seorang dokter desa bernama Florinsky yang telah menyelamatkan nyawanya. Ibunya yang sangat mencintai Sasha menitipkan barang seni yang sangat antik dan langka peninggalan almarhum suaminya untuk diberikan pada Dr. Florinsky. Tapi sang dokter tidak mau. Dia ikhlas membantu saja. Sasha memaksa, katanya, “Kalau dokter menolak, kami akan sangat terhina …” tapi tetap saja sang dokter menolak pemberian yang baginya berlebihan itu. Dan sasha tetap memaksa. Akhirnya sang dokter mengalah dan mau menerima barang antik tersebut.

Begitu Sasha membuka bungkus barang itu, sang dokter terpukau. Itu adalah tatakan lilin yang terbuat dari perunggu dan di tatakan tersebut tertempel dua patung yang bisa membuat muka memerah. Patung itu adalah wanita telanjang yang ekspresinya sangat hidup dan begitu menggoda. Sang dokter setuju kalau barang ini sangat indah, tapi bagaimana bisa dia menyimpan barang seperti itu? Bagaimana kalau istri dan anaknya sampai melihat? Lalu jika pasiennya melihat bagaimana? Dia ingin mengembalikannya pada Sasha, tapi tentu saja sifat keras kepala anak itu tidak bisa dikalahkan. Jadi dengan berat hati Florinsky menerima barang itu dan berterimakasih dan titip salam untuk ibunya Sasha. Sebelum pulang Sasha mengatakan bahwa seharusnya tatakan lilin itu ada sepasang tapi sampai Ayahnya wafat, Ayahnya tidak pernah mendapat pasangan tempat lilin itu.

Florinsky berpikir keras sambil mengagumi keindahan patung ini. Bagaimana aku bisa menyingkirkan barang ini? Akhirnya barang itu dia berikan pada temannya yang masih bujang, tapi temannya ternyata juga tak bisa (enggan) menyimpannya. Lalu barang itu diberikan pada orang lain, orang lain pun memberikannya lagi pada orang lain, begitu seterusnya. Tak ada yang mau menyimpan benda indah itu. Lalu orang yang menerima barang itu paling akhir memberikan patung tersebut pada Ibu Sasha karena dia tahu bahwa almarhum suaminya adalah kolektor barang seni. Dan betapa gembira si ibu, terharu dan gemetar dia menyuruh Sasha untuk memberikan barang itu pada Dr. Florinsky karena dia mengira bahwa barang itu adalah pasangan yang selama ini dicari-cari untuk melengkapi barang pertama. Florinsky hanya bisa melongo melihat barang antik yang sudah dia 'singkirkan' kini kembali padanya lagi.

Bagaimana? Lucu ya? Tapi juga mengharukan. Bagaimana perjuangan seorang janda yang sangat menyayangi anak satu-satunya yang sembuh dari penyakit tapi tak mampu membayar.



Cerita lain yang begitu kukagumi masih banyak seperti “Gadis Penyanyi Koor” yang sangat pilu. Dia seorang penyanyi koor yang dituduh merebut suami orang. Sang istri yang melabrak gadis koor itu menghina habis-habisan. Tidak cukup sampai situ dia minta barang-barang pemberian suaminya untuknya itu dikembalikan. Padahal suaminya tidak pernah memberi apapun pada si gadis koor. Tapi karena didesak terus dia berikan semua hartanya. Dan si suami brengsek itu keluar dari persembunyaiannya setelah istrinya pulang. Dan si suami (yang benar-benar sangat brengsek) itu ikut-ikutan menghina si gadis koor karena membuat istri sahnya memohon-mohon. Wanita terhormat memohon-mohon pada gadis miskin. Padahal si gadis koor tak pernah meminta dirinya untuk dicintai, tetapi si suamilah yang mengejarnya, tapi sekarang dia malah dihina dan hartanya yang sedikit itu pun diminta.

Aku sangat kasihan pada gadis koor ini. Chekov sangat luar bisa dalam mendramatisir kejadiannya. Semua kisahnya mungkin sekali diambil dari kehidupan nyatanya, karena dia seorang dokter, yang sama seperti Florinsky, seringkali membayar pasiennya. Dia lebih sering memberi pasiennya ongkos untuk pulang. Dia melakukan tugasnya sebagai dokter didorong oleh kemanusiaan. Dia mengatakan, “Dokter adalah istri sahku. Dan menjadi penulis adalah gundikku.”

Foto dalam buku: Chekov dan istrinya Olga

Anda juga harus membaca “Pencuri Mur” dan “Maronoff, Pak Inspektur” yang sangat menyentil penuh sindiran pada pejabat-pejabat. “Catatan Harian Sang Pemberang” dan “Di Kota Ada Surga” yang sangat indah dan “Buku Pengaduan” yang sangat aneh. Serta judul-judul lain dalam kumcer ini.

Selain mengangkat kisah sederhana dan mendalam tentang kehidupan, ciri khasnya yang memberi ending mengejutkan banyak ‘dicuri’ oleh pengarang-pengarang setelahnya. Bahkan gayanya yang khas mendapat julukan ‘chekovian’ untuk cerpen-cerpen yang seirama dengannya. Membaca karya Chekov kadang kita dibuat terharu biru oleh kepiawaiannya mengaduk emosi dan menelanjangi sifat-sifat orang. Dia pernah berkata, “Man will become better when you show him what he is like!” “Orang akan menjadi lebih baik bila kau menunjukkan macam apa dia sebenarnya.”

Dan itulah yang aku rasakan dalam cerita-ceritanya… oh ya, aku jadi benar-benar paham makna pepatah lama: "Don't judge the books by it's cover.."

Foto dalam buku: chekov dan Gorky

“Setiap goresan cerita yang disuguhkan Chekhov merupakan cipratan catatan tentang harapan dan kecintaan terhadap kehidupan.”
~Maxim Gorky, pelopor sastra realism sosialis

“Chekov membuat saya merasa seperti seorang penulis pemula.”
~George Bernard Shaw, Nobelis sastra 1925

Foto dalam buku: Chekov dan Tolstoy

“Anton adalah seniman tiada banding.”
~Leo Tolstoy, pengarang besar Rusia







Minggu, 19 Mei 2013

Close Up Interview dengan BBI-ers Evyta Ar


Jika, mbak Matris Londa adalah anggota BBI yang berdomisili paling timur dari kepulauan Indonesia, maka mbak Evyta Ar mungkin adalah anggota yang berdomisili paling barat! Karena sejauh ini, saya cari di data  member BBI tidak ada yang berdomisili di Aceh, jadi medan adalah kota paling barat. Dan member dari medan ada dua, yakni mbak Evyta dan mbak Rose Mary.

Saya lupa sejak kapan mengenal mbak Evyta Ar. Tapi sebelum dia gabung di grup BBI, sepertinya kami sudah saling kenal *di pesbuk* dan yang paling menggembirakan adalah kami dua kali saling bertukar beberapa buku.

Oh ya, postingan ini khusus dibuat untuk mengenal lebih dalam satu dari begitu banyak anggota BBI (sejak posting ini dibuat pada bulan Mei 2013, member BBI berjumlah 116 orang). Dan inilah dia si kutu buku dari medan, pemilik Perpustakaan yg bernama Pustaka Hanan, pemilik blog Lensa Buku dan yang memiliki ribuan buku! selamat membaca wawancara saya dengannya:

Foto Perpustakaan mbak Evy yang penuh akan buku-buku...

***
Jamal: mbak Evyta Ar, aq penasaran bgt dg nama anda yg ada "Ar"nya.. apa artinya? apa ini nama marga atau apa? cz aq punya kenalan d fb anak lampung itu nama blkangnya jg "Ar"?

Evyta Ar: Sebenarnya nama panjangnya Evyta Andriani Ritonga... nah Ar itu sih sebenarnya singkatan dari Andriani Ritonga, tapiii...karena dulu perlu nama pena buat di website, jadinya saya bikin aja Ar, mestinya kan AR, tapi kurang enak diliat huruf kapital semua. ya udah saya bikin aja Evyta Ar . Kalo marga itu yang Ritonga

Oooohh gtu ya.. sip, skg data diri dikit ya sebelum bahas buku dll.. aslinya mbak lahir dimana? skg tinggal dimana? usia dan statusnya, apa sudah berkeluarga apa masih jomblo kyak aq? Haha

Asli lahir di Jambi. ortu asli batak dua-dua dan domisilinya di Medan, trus merantau ke Jambi karena pekerjaan ayah saya. sekarang sudah di Medan lagi, sejak 1995. usia 28 *berasa tua*, status masih single he... wah sama *TOS!!*

Masih tentang data pribadi, apa warna, makanan, minuman favoritnya, apa punya peliharaan, dan apa password ATMnya :P
Oh ya, mbak Evyta Anak keberapa dari berapa sodara?

Warna favorit: coklat (coklat susu, pastel, cream, pokoknya yang barbau varian coklat). makanan favorit: empek empek. minuman fav: juice jeruk. sebenarnya air putih sih, juice jeruk kedua he... binatang peliharaan: kucing. pass atm: ntar tanya ke banknya langsung haha.
anak ke 1 dari 3 bersaudara

Apakah 2 adik mbak Evyta juga suka baca?
 
Yang nomor 2 suka baca tapi ga terlalu/maniak biasa aja. yang paling bungsu ga suka baca

Okay, mari kita lanjut ke buku..
aq suka bgt baca reviewnya mbak nih, terutama resensi Pope Joan dan A ThousandSplendid Sun. Lengkap bgt rasanya, dan enak dibaca.. udah profesional ya meriview? sejak kapan mbak? buku pertama yg diresensi apa judulnya?

Wah masa? ga nyangka dibilang gitu hehe... ngga sih, belum profesional. sebenarnya udah sejak kuliah memang suka bikin-bikin resensi buku gitu...gara-garanya tiap ikut acara bedah buku, itu pembedahnya keren aja gitu bisa meramu satu buku jadi sebuah presentasi yang bagus, bikin kita jadi pengennn bener baca bukunya. nah, saya mulai coba-coba deh nulis resensi atau review. awalnya sih masih asal-asalan, trus sejak kenal sama mbak Enggar (salah satu member BBI), makin kepengen ngereview lebih baik

Buku pertama yg diresensi apa judulnya? ada link-nya?

Buku pertama yang saya resensi itu judulnya karya Satria Hadi Lubis
waktu itu gara-gara diminta jadi pembedah buku itu waktu di kampus haha...jadi ya nekad2an lah
linknya ada,  Saatnya Memperbaiki Diri.

Buku nonfiksi ya.. mbak suka mana fiksi apa nonfiksi? berapa persen presentase sukanya? (misal fiksi 50% non fiksi 50%) apa alasannya?

Jujur sih kalo nurutin kemauan, lebih suka baca fiksi. tapi kalo nurutin kebutuhan, saya usahakan baca non-fiksi juga buat mengimbangi, biar nambah pengetahuan lebih banyak. kadang kalau di fiksi kan itu buat nyegarin pikiran ya, meski ada ilmunya juga, tapi otak kita juga butuh makanan berupa pengetahuan juga, so ya non-fiksi jadi pilihan saya buat nutrisi otak. bisa dibilang ya 40% fiksi - 60% non-fiksi. meski kadang-kadang realitanya suka 50-50 juga sih

Oohh gtu ya.. aq penasaran sama “Pustaka Hanan”, apa itu nama perpus pribadi mbak, atau perpus tempat kerja ato gmna sih mbak??

Pustaka Hanan itu nama perpus pribadi...cuma terbuka buat teman-teman, tetangga, atau yang kenal boleh minjam juga. niatnya sih mo dibuat perpustakaan hijau, buat umum, cuma belum kesampaian

Wooww!! perpustakaan pribadi koleksinya udah bejibun gtu?? koleksi berharga itu gmna cara dapetinnya mbak?? beli, dikasih hadiah atau gmana? dan apa maksud 'perpustakaan hijau' itu mbak? gak tau nih aq..

Iya perpus pribadi. itu buku-bukunya mulai dikumpulin sejak kelas 2 SMA sebenarnya pas SMP juga udah mulai ngumpulin ya...cuma banyakan yang berhilangan ga jelas ke mana, ada yang dipinjam ga balik, ada yang tercecer pas pindahan. itu mayoritas beli sih, tapi ada juga yang dikasih. dikasih teman-teman sebagai hadiah atau sebagai buku perdana gitu
kalo perpustakaan hijau maksudnya tuh perpustakaan yang menyatu dengan alam. punya impian, suatu saat saya punya sebuah perpustakaan yang halamannya luas, ditanamin buah2an dan sayuran buat belajar anak2 dan orang dewasa. trus barang2 perpusnya dari daur ulang. pokoknya ramah lingkungan gitu deh. artinya pengen bikin suasana perpus yang beda. selama ini kan orang taunya kalo perpus itu berdebu, angker, serem, sepi, nah pengen ubah persepsi itu kalo perpus itu menyenangkan

Wooowwww.. sejak kelas 2 smp dah ngumpulin.. kerrrenn!! ada berapa buku mbak di pustaka Hanan?
Apakah mbak pendidikannya emg di perpustakaan kok bisa mengatur semua itu?
oohh gtu toh penjelasan perpustakaan ijo itu, kerreenn! itu raknya aduuuhh *ngiler*

Pastinya belum didata terakhir sih...tapi itungan kasar kisaran 3000-an. pendidikan? saya dulu kuliah di teknik kimia di universitas sumatera utara haha *ga nyambung* tapi memang sejak
kalo soal ngatur perpus, masih jauh sih, belum terlalu paham juga. learning by doing ajalah

Wwooooww berarti murni karna hobi yaaa.. siapa yang jaga mbak? mbak sendiri atau ada petugas kusus?

Iya karena hobi. btw, itu perpusnya masih di rumah kok...belum ada bangunan atau ruangan khusus. masih gabung sama ruang keluarga. jadi ya ga dijaga-jaga

Hehe kalo liat jumlah bukunya, apakah mbak termasuk gila belanja buku? punya anggaran kusus buat beli buku??

Dibilang gila sih ngga juga *Ya iyalah masak mbak mau dibilang gila*, tergantung ketersediaan budget aja sih. kalo pas lagi ada budgetnya baru beli. tapi kalo pas ga ada, mo beli pake apa haha.
punya. dalam sebulan itu saya usahakan ada budget buat buku minimal satu buku tapi seringnya kebablasan

Hihihi.. pernah paling kalap embat berapa buku dlm sebulan??

Hahah paling kalap itu di awal tahun ini. dalam sebulan saya ampe borong ratusan buku. itu juga karena passs bener banyak teman-teman yang jual buku2nya murah2

Astaggaaaaa!!!! ratusan??? sampe 300 buku??

Iya..tapi itu gara2 saya puasa beli buku selama 2 tahun lebih. hahaha. makanya ga mo lagi puasa2. sebulan kemaren rata-rata 150 buku, ga sampe 300. tapi dalam 3 bulan lebih gitu

Aduh O_O puasa 2 tahun.. kalo aq bisa mati mbak..
wooowwww!!! 150 buku 3 bulan ya..

Haha...maksudnya puasa tuh bukan sama sekali ga beli buku, beli juga tapi satu dua gitu dalam setahun bisa dihitung jari, karena waktu itu memang waktunya lagi ga pas aja, riweuh gitu ga kepikiran beli buku sementara

Wahaha..
dgn buku sebanyak itu, apakah ga punya niatan jadi penjual buku online? mengingat mbak kan bekerja di internet marketing? atau udah jualan?? atau melayani teman2 aja kalo jual buku

Dari dulu udah jualan buku waktu di kampus, tapi stop lama karena suatu hal. sekarang baru pengen jualan lagi secara online...cuma ya gitu sih, stok bukunya masih dikittt sekali. trus belum dapat channel gudang penerbit yang bisa jual buku tanpa harus beli dulu he...jadi sementara stok jualannya masih dikit banget. rencana palingan dilist aja ntar di blog buku for swap atau sale

Oowhh udah jualan toh.. aq tunggu list-nya yg dijual dan diswap ya :’) mari kita lebih dalemi masalah buku, apa mbak punya buku paling istimewa bagi mbak? entah itu terfavorit atau paling bersejarah.. (buku mbak Evyta yang dijual/diswap bias dilihat di sini)

Buku paling istimewa bagi saya itu Al-Quran (kalo boleh disebut buku hehe) soalnya bikin hati nyess nyess

Hiya.. sama atuh selain kitab suci duungg..

Selain kitab suci itu shirah nabawiyah... itu buku sejarah. baca itu bikin hati serasa penuh. apa ya...maksudnya sejarahnya kompleks gitu, detail, padahal cuma satu orang

Karya siapa mbak? Haekal??

Bukan. karya al-mubarakfurry. tapi itu yang udah dibaca. kalo yang belum dibaca dan lagi kepengen banget, ada juga versi terbaru yang full color tempat2 bersejarah dllnya

Okey.. resensi yg mbak tulis 10 ya? aq di atas mbak: 11.. haha
resensi mbak yg paling kusuka itu yg Pope Joan dan A Thousand Splendid Suns.. apa mbak punya teknik kusus/cara2 tersendiri dlm bikin resensi? (misal, nyoret2 buku tsb, ngasi tanda ato catatan di pinggir buku, ato nulis nyatet di kertas kusus pas baca?)

Resensi yang udah ditulis sebenarnya udah banyak...tapi sebagian besar belum dipublis. dulu sempat dipublis di blog, tapi blognya keburu rusak databasenya ilang semua...yang 10 itu yang baru sempat diupload ulang.
kalo baca buku itu biasa saya sediain buku catatan atau kertas-kertas memo buat nyatat yang menurut saya penting, seru, bagus, menarik

Gak pernah nyorat nyoret buku?

Ngga...saya sayang banget sama buku-buku saya. kalo dicoret itu rasanya kayak sakit haha. apalagi kalo ada yang ngelipat kertas halaman buku saya, duhhh pengen teriak haha. jadi saya sediain kertas2 bekas semacam kertas memo, buat diselipin di halaman2 yang saya rasa penting dicatat

Wwwiiiihh buku pribadi sekalipun gak pernah dicoret ya?

Duluuu banget sih pernah, tapi pake pensil. sejak kuliah udah ngga lagi. pake kertas. kecuali buku2 yang dapatnya memang udah ada coretannya, ya. kadang beli buku bekas memang udah ada coretannya

Di blog mbak tertulis 'bekerja dari rumah' aq blm tanya pekerjaannya mbak apa nih?

Kerjanya di depan monitor, kerja dari rumah. internet marketing gitu

Jualan apa mbak? hehe

Suka bingung kalo ditanya orang jualan apa, soalnya emang ga ada jualan. cuma nyari duitnya via web. jadi saya tu bikin web2 sendiri, trus ngereview produk2 vendor luar negeri. ya kayak software, elektronik, dll hampir semua kategori produk. internet marketing kayak anne ahira itu deh intinya haha

Ooohh gtu ya.. hebat nih.. aq gak bisa sama sekali klo masalah gtuan.. wwkwkw..
kembali ke membaca, pada jam berapa mbak biasa baca? ada waktu kususkah? lalu suka ditemani kopi ato teh ato gak ditemani apapa2? dan suka diiringi lagu ato sepi2 aja?

Ga tentu jam berapa, asal ada waktu luang dikit untuk baca ya saya baca. tapi biasanya tu malam sebelum tidur, atau sore-sore jelang magrib. kalo lagi ga ada kerjaan, ya baca sampe selesai. lebih suka baca tanpa suara, lebih konsen. sepi. ga ditemani apa2 kecuali bantal buat sandaran punggung he...soalnya ada teh atau snack suka kelupaan kalo udah baca. paling air putih aja

Hahaha.. seepp
punya pengalaman unik atau berkesan mengenai buku, baca, tulis? ceritain dooongg..

Kalo pengalaman sama buku yang lucu punya...jadi dulu tuh pas ikut pelatihan di bogor ya, pas mahasiswa, itu kan disuruh bawa buku referensi. nah, berhubung saya punya lengkap buku2nya, ada lebih dari 10 dan tebal2, saya bawa semua...satu koper besar. trus pas di bandara mo pulang, buru2 ngejar pesawat karena telat. tu koper pegangannya patah saking beratnya. jadi digeret2 sama teman2 hahaha sambil lari2

Wakakakakaka aduuhh kasiaann bgttt..

Hahaha iya...sejak itu ga mo lagi sok rajin bawa buku lengkap

(TIBA-TIBA LAMPU MATI)
beberapa saat kemudian....

Nah,, listriknya nyala lagi... itu pelatihan internet marketing kah mbak??

Bukan. dulu ikut organisasi kampus. jadi ada pelatihan leadership gitulah, diutus dari sumut itu beberapa orang, saya terpilih ikut

Ooohh gtuu tooh...
punya genre kesukaan? genre paling dihindari? siapa penulis favoritnya?

Genre kesukaan itu fiksi sejarah, petualangan, biografi, psikologi dan buku anak-anak. genre paling dihindari, romance sama yang berbau sihir. penulis favorit, kalo non-fiksi itu Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. kalo fiksi siapa ya...banyak haha salah satunya Kate Dicamilo, Tere Liye, Charles Dickens

Kenapa kok berbau sihir dihindari? gak pernah baca HarPot doongg??

Bukan sama sekali ga baca sih...cuma dihindari buat prioritas belakangan aja. harpot pernah baca satu bukunya. sebenarnya bukan menghindari banget, cuma suka ga logis di kepala. tapi saya baca juga sih buku2 fantasi, kayak Nicholas Flamel, dsb. seru aja. cuma kalo buat prioritas, mau baca yang non magic dulu lebih banyak numpuk bukunya haha

Apa buku yang diwasiatkan untuk dibaca anak cucu?

Buku yang diwasiatkan untuk anak cucu ada banyakkkk...saya list beberapa saja ya:
1. Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam
2. Huru Hara Hari Kiamat oleh Ibnu Katsir
3. Malapetaka Akhir Zaman oleh Ibnu Katsir
4. Pendidikan Anak dalam Islam oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan
5. Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 1 - 9
6. The Pursuit of Happyness oleh Chris Gardner
7. 29 Gifts Keajaiban Memberi oleh Cami Walker
8. Menyemai Impian, Meraih Sukses Mulia oleh Jamil Azzaini
9. Ayahku (Bukan) Pembohong oleh Tere Liye
10. Semua Buku-bukunya Enid Blyton
sebenarnya sastra klasik banyakkkk yang pengen diwariskan, tapi berhubung saya banyak yang belum baca tuh (yang di 1001 list), cuma beberapa aja, jadi ga saya list di atas... itu yang saya list yang 10 teratas aja deh hehe...

Selain nulis review buku, mbak suka nulis yg lain? puisi/cerpen/novel?? punya cita2 jd penulis mbak?

Iya suka nulis juga, tapi sampe sekarang paling ga tamat nulis fiksi. biasanya nulis2 esai atau caatan2 biasa aja. cita-cita jadi penulis sih dulu ada...makanya dulu rajin2 nulis. tapi sekarang udah ga pengen lagi jadi penulis pengen baca buku aja trus nulis review. udah. paling banter bikin2 ebook sendiri buat dibagi2kan

Cita2nya ganti apa dong? oh uda ya td? bikin perpus?

Apa ya...bingung juga ditanya cita-cita. kalo mimpinya sih pengen punya saung yang isinya perpustakaan hijau dan pusat edukasi anak2 ga mampu he...

Semoga suatu hari tercapai mbak
apa lagi ya?? hehe..
terakhir deh, kasih kata2 mutiara ya mbak, apa sih arti membaca bagi seorang Evyta Ar?

Bagi saya, membaca itu untuk mencerahkan. artinya bukan mencerahkan diri kita sendiri, tapi juga orang lain.

Siippp makasih mbak Evyta Arr udah mau meluangkan waktunya.. hehe
apa ada yang kurang ya??

Sama-sama. makasihhh udah diwawanara hehe...seumur2 baru ini diwawancara. ayo coba cek dulu catatannya, kali ada yang kurang

Oh iya! kok bisa gabung di BBI itu gmna ceritanya *point penting malah lupa*

Awalnya gara2 rajin baca2 reviewnya mbak enggar di blog bukunya. trus saya liat suka posting tentang BBI. berhubung saya juga nyari komunitas yang sama2 hobi buku. biar makin rajin baca dan ngereview. akhirnya tanya2 sama mba enggar BBI itu apa dsb. diinvitelah ke grup oleh mbak enggar.

Kayaknya deket bgt ma mbak Enggar, apakah dulunya teman sekelas atau apa nih?

Ngga...malah kenal mbak enggar itu awalnya dari FB lho. kita sama-sama gabung di grup tanaman...trus saling add deh..interaksi dsb. suka baca tulisan mbak enggar, lama2 ya jadi kenal juga

Siipp!!! cukup sudah.. jadi makin kenal nih sama mbak Evyta! saya tunggu review2 selanjutnya ya mbak

Sippp. makin semangat deh ngereview hehehe

***

Begitulah wawancara saya dengan si pemilik Pustaka Hanan, setelah selesai wawancara, saya barter buku dengan mbak Evyta dan dikasih bonus sebuah buku antologi, yang salah satunya berisi tulisan mbak Evi, judulnya “Penghapus Mendung”. Disana diceritakan mbak Evi punya penyakit yang lumayan berat, rematik jantung. Sekarang kata mbak Evi keadaannya sudah lebih baik ketimbang dulu. Saya doakan semoga mbak Evi kesehatannya semakin membaik dan akhirnya sembuh total. Amiiinn. Semoga makin sukses mbak Evi!