Apa yang lebih menyakitkan bagi seorang putera saat sang ayah mengatakan, “Kau bukan anakku!”, apa yang lebih menyakitkan?
Jawabannya adalah: Tidak ada! Itu adalah kalimat paling kejam yang pernah diunkapkan seorang ayah pada putranya, dan kalimat paling menyakitkan yang didengar seorang putera dari ayahnya!
Dan itulah yang didengar Hiccup (baca: Hik-kap) karena seluruh dirinya (baik fisik, pikiran, maupun perasaan) sama sekali berbeda dengan apa yang diharapkan ayahnya yang merupakan kepala suku Viking! Yah! Semua dari kita akan membayangkan orang-orang tinggi besar, kekar, pemburu naga dan sebagainya untuk menggambarkan tokoh Viking, dan Hiccup lain, sangat lain: dia bagai tulang yang bersuara, tanpa otot dan tidak mau membunuh naga (membunuh naga adalah impan setiap Viking) dia malah bersahabat dengan mereka (para naga). Pokknya Hiccup adalah orang Viking yang sangat tidak Viking!
Sebenarnya dia juga ingin menjadi bagian dari bangsa Viking, dia ingin membunuh naga, tapi keinginan itu hilang sama sekali malah ketika dia berkesempatan membunuh naga misterius, naga yang belum pernah seorangpun melihatnya, mencatat ukuran, kecepatan dan kekuatannya, mereka hanya menuliskan, “Jangan pernah melawan naga ini! Sembunyi dan berdoa agar dia tidak menemukanmu!” padahal di bagian lain dalam ensiklopedia manual naga selalu dikatakan, “Sangat Berbahaya, Bunuh saat dilihat, atau Bunuh di tempat!” tapi tidak ada yang berani pada naga yang tidak teridentifikasi ini, jenis naga itu ialah: Night Furry!
Night Furry, terdengar sangat indah bukan?
Dan Hiccup pada suatu waktu, karena sebuah kebetulan, berpeluang besar untuk membuktikan dirinya dengan membunuh naga itu, membawa jantungnya kepada sang ayah, namun tidak dia lakukan, alih-alih dia malah membebaskan sang naga. Di situlah awal persahabatan terlarang manusia dan naga bermula.
Mereka belajar untuk saling memahami satu sama lain, bekerja sama untuk terbang. Tapi, tungu dulu, kenapa mereka bekerja sama untuk terbang? Hehe.. hayo kenapa? Tau gak?
Oke, meskipun sebagian dari kalian sudah menonton filmnya, aku akan tetap memberi tahu, Tootles (Gigi Ompong, nama yang diberikan Hiccup kepada Night Furry karena semula dia tidak mengeluarkan gigi-gigi tajamnya) kehilangan separuh sayap ekornya yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan saat terbang. Saat itulah Hiccup membuatkan sebuah alat bantu, sebuah tiruan sayap ekor!
Kisah ini begitu seru dan mengasyikkan, namun di sana-sini bertebaran sisi psikologis ditampilkan yang membuat kita merenung dan tersadarkan. Cara sang tokoh utama berpikir dan bertindak yang di luar kebiasaan masyarakat, serta kebaikan hatinya, akan menyentuh hati kita pula, menggugah kesadaran kita. Bahkan kisah ini bisa menumbuhkan ketegaran saat kita melihat Hiccup pada akhirnya kehilangan satu kakinya. Namun dia masih menerima dengan tabah, itulah yang paling saya salutkan.
Sebelum peristiwa mengharuan itu, terdapat adegan-adegan romantis sebelumnya, tatkala Astrid tidak percaya bahwa naga itu juga baik dan bisa diajak kerja sama dan bersahabat, tapi Hiccup dan Tootles membuktikannya dengan membawa Astrid terbang dan membuatnya terpesona:
Dia tokoh utama yang semula terlihat lemah, namun di balik itu dia memiliki pengamatan yang tajam, keberanian yang tulus, sehingga dia mampu mengubah paradigma dan sebuah tradisi, kebudayaan dengan menyeluruh secara efektif. Dari semula masyarakat Viking memburu para naga, membunuhnya, membantainya, sekarang menjadikan mereka peliharaan dan sahabat.
Ada satu dialog yang masih saya ingat antara ayahnya dan Hiccup, kurang lebih seperti ini:
Ayah: “kau memilih menyelamatkan naga daripada orang-orangmu? Tidakkah kau tahu bahwa mereka telah membunuh ratusan dari penduduk suku kita?!”Hiccup: “Iya, tapi kita telah membunuh ribuan dari mereka.”
Adalagi saat dia ditanya Astrid, wanita pujaannya:
“Kenapa tidak kau bunuh saja naga itu?”lalu Hiccup menjawab, dengan amat kecewa. “Ya. Kenapa tidak kubunuh saja dia?"Aku tidak mau membunuh naga, aku adalah orang Viking satu-satunya dari 300 tahun yang lalu yang tak mau membunuh naga.”Astrid: “Tapi orang pertama yang menungganginya.” kata-ka Astrid menggetarkannya.Hiccup: “Saat aku melihat matanya, aku melihat diriku sendiri, dia ketakutan sepertiku, dia hanya melindungi diri.
Lalu konflik semakin menanjak hingga menukik pada klimaks mereka bertemu dengan sang raja naga yang amat sangat kuat dan besar, pada saat itu para Viking tidak mampu menghadapinya, mereka seperti pasrah pada kematian, meski mereka tetap melawan sepenuh tenaga. Dan di sanalah kepemimpinan Hiccup bersinar, dia memimpin teman-temannya yang semula meremehkan berbalik menjadi kagum padanya. Bersama npara aga, Hiccup dan kawan-kawannya bekerja sama untuk menghadapi si Raja Naga yang hendak menghabisi seluruh masyarakat Viking. Terjadi pertempuran di atas awan. Saat para naga itu menyemburkan api atau halililntar, langit menyala, terbakar, adegan menggetarkan yang amat indah.
Dan sebelum Hiccup terbang melawan, sang ayah mengatakan:
Ayah: “Maafkan aku atas semuanya, kau tak perlu kesana.”Hiccup: “Kita orang Viking. Itu resiko gelar kita.”Ayah: “Aku bangga memanggilmu anakku.”
Silahkan menontonnya sendiri untuk mengetahui akhir kisahnya. Film ini diangkat dari buku fantasi karangan Cressida Cowell yang belum saya baca, saya berencana akan membacanya nanti, karena sangat terpesona filmnya, pasti bukunya jauh lebih hebat. Dan tiadalah arti sebuah kisah kalau kita tak bisa mengikat maknanya, menyesap hikmahnya. How to Train Your Dragon, adalah tontonan yang baik bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar