The
Reader, Sang Juru Baca by
Bernhard
Schlink
diterbitkan
Elex
Media Komputindo,
Juni
2012,
232
halaman
|
Saat aku membaca The
Reader, ada satu kutipan yang teringat olehku. Aku mencari buku yang
memuat kutipan itu, dan sungguh di luar dugaan, saat aku membuka buku
tersebut, aku langsung menemukan kutipan itu.
Dari Victor Hugo:
“Belajar membaca bagaikan menyalakan api; setiap suku kata yang
dieja akan menjadi percik yang menerangi.”
Kita mungkin yang
bisa—dan
tahu benar sebuah kenikmatan tiada tara dari—membaca
tidak pernah tau bagaimana rasanya menjadi seorang buta huruf. Betapa
putus asanya mereka dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, ketika
mencari jalan dan alamat, atau ketika memilih menu di restoran,
tentang betapa kecemasan dan rendah diri untuk melakukan rutinitas
terpola dan familier di tengah-tengah orang yang bisa membaca dengan
mudah. Dan hanya ada satu solusi bagi mereka yang buta huruf, mereka
harus belajar membaca. Akan kuceritakan nanti bagian ‘butu huruf’
dari novel indah ini.
The Reader bertutur
dengan sudut pandang ‘aku’ dari seorang lelaki bernama Michel
Berg (Jerman) yang mengingat kisah cinta pertamanya dengan wanita
yang jauh lebih tua darinya (berusia di atas 30 tahun). Ternyata
cinta pertama ini gaungnya terus menggema sampai akhir hidupnya,
bahkan selamanya dan tak bisa tergantikan.
Karya sastra kadang
membuat kita banyak mengaca pada kehidupan kita sendiri, begitupun
aku. Buku ini berkali-kali membuat pikiranku melesat kembali
mengingat masa lalu, menemukan jawaban, dan mengorganisasi kehidupan
kita sendiri. Mari kita mulai dari awal kisah pilu ini...
Saat Michel Berg
berusia lima belas tahun, dia menderita sakit kuning (semacam
penyakit liver) selama berbulan-bulan di awal musim gugur hingga
musim semi. Simak bagaimana penulisnya menggambarkan keadaan
sakitnya:
“Setiap langkah membutuhkan perjuangan. Ketika harus menaiki tangga, baik di rumah atau di sekolah, kakiku terasa sulit untuk digerakkan. Aku tidak berselera makan. Meskipun merasa lapar saat duduk di meja makan, rasa mual itu langsung menyerang. Setiap pagi aku bangun dengan mulut kering dan tubuhku terasa berat seperti berada di tempat yang salah. Aku malu karena begitu lemah. Terlebih lagi karena aku muntah. Ini hal yang tak pernah kualami seumur hidupku. Tiba-tiba mulutku terasa penuh dan aku berusaha menelannya kembali, mengatupkan bibirku rapat-rapat dan membekap mulutku, tapi makanan itu menyembur keluar menerobos jari-jariku.” (hlm. 4)
Saat di perjalanan
pulang dari sekolah dia sudah tak tahan, dia turun dari bus lalu
muntah dan menangis. Seorang wanita menolongnya dengan sedikit kasar,
membersihkan wajahnya dan mengantarnya pulang.
Setelah hari-hari
istirahatnya yang panjang, akhirnya dia sembuh dan menceritakan pada
ibunya tentang wanita yang menolongnya itu. Ibunya menyarankan
membawa bunga untuk wanita itu sebagai ucapan terimakasih. Dia
melakukannya. Dia kembali ke tempat wanita itu. Saat di depan pintu
dia tak begitu disambut. Bukan berarti wanita itu jahat, tapi memang
seperti itulah sifatnya. Dia menyuruh menaruh bunganya begitu saja
sedangkan wanita itu sedang menyetrika baju dalam-nya. Lalu saat dia
hendak kembali pulang, wanita itu ingin sekalian keluar bersama Berg
karena ada urusan juga di luar. Wanita itu menyuruhnya menunggunya,
dia berganti pakaian. Pintunya tidak tertutup dan Michael Berg
berdebar-debar menyaksikan wanita itu yang tengah mengenakan
stokingnya. Berg lari begitu saja saat wanita itu melihatnya sedang
mengamatinya.
Hari berikutnya
tanpa alasan, dia datang lagi ke rumah wanita itu. Dan dia disuruh
membawakan arang dari ruang bawah tanah. Wajah dan sekujur tubuhnya
kotor karena longsoran arang. Dia disuruh melepas pakaian dan mandi,
wanita itu melihatnya. Setelah selesai mandi. Mereka memulai kisah
cintanya.
Berikutnya Michael
Berg datang lagi, lagi dan lagi ke rumah wanita itu. Dan pada
pertemuan yang kesekian kali, baru dia ketahui namanya adalah Hanna
Schmitz. Ketika mereka selesai dengan ‘urusan pribadi’ mereka,
mereka berbaring bersama dan ngobrol santai (pillow
talk)
dan mereka menanyakan rutinitas masing-masing. Hanna sangat tertarik
begitu Berg mengatakan dia membaca buku sastra. Hanna meminta
membacakan buku untuknya. Kini rutinitas mereka berganti. Sebelum
bercinta, Hanna memintanya membacakan buku terlebih dahulu.
Michael Berg sangat
mengagumi dan mencintai Hanna, tapi terkadang mereka bertengkar dan
Michael Berg yang mengalah, selalu begitu. Dia mengajak Hanna pergi
beberapa hari setelah menjual koleksi perangkonya untuk bekal
perjalanan. Ketika bersepeda, dia senang sekali melihat Hanna dan
roknya yang berkibar-kibar. Dia juga membawanya berkunjung ke
rumahnya saat tidak ada orang. Hanna sangat terpukau melihat ruang
kerja ayah Berg yang dipenuhi oleh buku.
Hanna selalu
menyukai buku, dia menangis sesengukan saat dibacakan buku sedih,
kadang bersemangat dan gembira, bahkan merasa jijik saat dibacakan
The lady Chatterley’s Lover. Dia sangat polos.
Anehnya, Michael
Berg yang amat mencintai Hanna tidak mau mengenalkan (atau
menceritakan) Hanna pada temannya sebagai kekasihnya.
“Aku tidak mau mengakui Hanna dan menyangkal hubungan kami berdua. Aku tahubahwa penyangkalan adalah bentuk dari penghinatatan yang tidak mencolok .... dalam satu hubungan, penyangkalan ini juga merupakan satu bentuk penghianatan.” (hlm. 76)
Aku setuju sekali,
saat kita menjalin hubungan dengan seseorang, kita tentu ingin diakui
sebagai orang yang istimewa, bukan disembunyikan. Hikz. *Pengalaman
pribadi banget nih*
Lalu Hanna pergi
begitu saja tanpa penjelasan kepada Berg. Dia terpukul dalam
kesedihan yang mendalam. Dan selanjutnya menjadi mati rasa. Sangat
kasihan. Dan setelah dia masuk universitas menggambil hukum dia
dipertemukan lagi dengan Hanna setelah sekian lamanya. Hanna dan
beberapa wanita lainnya didakwa sebagai penjahat karena membiarkan
orang-orang terpanggang hidup-hidup dalam gereja yang terbakar. Dia
menjadi salah satu penjaga dan membiarkan gereja itu tertutup sampai
jeritan-jeritan dari dalam sudah tiada. Itu terjadi dalam masa Nazi,
masa holocaust yang mengerikan. Hanna bekerja untuk mereka.
Dalam pengadilan
itulah Berg baru menyadari kalau selama ini Hanna adalah seorang buta
huruf. Dan karena itu pula Hanna mengakui kejahatan yang tidak ia
lakukan. Dia disuruh menulis untuk menilai bentuk tulisannya dan
untuk mencocokkan laporan u\yang dituduhkan bahwa Hanna-lah yang
menulis. Agar rahasianya tak terbongkar, dia mengakui telah
menulisnya. Berg sangat kecewa pada Hanna yang sangat konyol menerima
hukuman yang bukan disebabkannya.
Kehidupan berlanjut.
Michael Berg menikah saat Getrud mengandung. Lima tahun setelahnya
dia cerai dan anaknya tinggal bersamanya lalu setelah remaja, Julia
(anaknya) tinggal di asrama. Tapi bagi Michel Berg hidup tak
benar-benar berlanjut, dia masih selalu teringat akan Hanna. Dia
meminta wanita-wanita yang akan menjalin hubungan dengannya meniru
sifat-sifat Hanna, tapi tak ada yang bisa dan benar melakukannya.
Meski di luar dia terlihat kompeten dan profesional pada
pekerjaannya, di dalamnya dia sangat kacau. Dia jarang bisa tidur.
Dan di tengah gundah gulananya ini, dia membaca banyak buku dan
mengirimkan rekamannya pada Hanna bersama alat pemutar kasetnya juga.
Setelah lama
berjalan proses pengiriman rekaman buku ini, ada sesuatu yang
mengejutkan. Ada sebuah surat yang sangat pendek bertuliskan,
“Jungchen, cerita terakhir bagus sekali. Hanna.” Michel Berg
senang sekali, akhirnya Hanna bisa menulis, meski tulisannya sangat
besar dan ukurannya sangat aneh dan sangat ditekan, tapi dia tau
Hanna merasa senang. Dia mempelajari baca tulis dari rekaman-rekaman
Michael Berg dan dia cocokkan dengan buku yang sama yang dia pinjam
di perpustakaan penjara. Setelah itu surat-surat Hanna mengalir
terus. Kebanyakan adalah komentar-komentar tentang pengarang, puisi ,
atau tokoh cerita dan pengamatannya tentang penjara.
“Tanaman forsythia sedang berbunga di halaman” atau “aku suka karena di musim panas ini sering terjadi hujan badai disertai petir” atau “dari balik jendela aku bisa melihat burung-burung berkumpul hendak terbang ke selatan”. Sering karena tulisan Hanna itu, aku jadi memperhatikan bunga forsythia, hujan badai disertai petir di musim panas dan kawanan burung. Komentarnya tentang karya sastra sering mencengangkan. “Schinitzer menyalak. Stefan Zweig itu seekor anjing mati” atau “Keller membutuhkan seorang perempuan” atau “puisi-puisi Goethe seperti gambar-gambar kecil dalam bingkai yang indah” atau “Lenz pastilah menulis dengan mesin ketik.” (hlm. 197)
Kisah ini berlanjut
hingga Hanna mendapat grasi dan dibebaskan, namun kejadian yang tak
terduga malah terjadi. Hanna memilih lain. Anda bisa membacanya
sendiri dalam novel indah, menggelisahkan, dan pada akhirnya
meruntuhkan secara moril ini. Cara tutur yang tidak biasa oleh
Berhard Schlink ini sangat mengharukan, menggungah dan mencerahkan
... The Reader melompati batas kebangsaan dan berbicara langsung ke
hati. Mulai halaman pertama, The Reader memikat perasaan dan pikiran.
terjemahannya bagus kah mas?
BalasHapusbagus mas.. tapi yang bikin agak gimana gtu itu paparan sejarahnya itu loo.. soal nazi dan holokos itu aduuhh gak paham aq.. tapi tetep kubaca sih :D
Hapusmy wishlist nih!
BalasHapusiya nih rahib! buku yg masuk daftar 1001 Buku Wajib Kau Baca Sebelum Kau mati
HapusSuka filmnya, belum pernah baca ini. Hmm...
BalasHapusyup! filmnya bagus juga pas bgt sama bukunya.. namun persidangan-nya agak membingungkan kalo di film.. *di buku juga sih* >_<
Hapusbaru nonton filmnya aja, belum baca bukunya ;p tapi nggak habis pikir juga si hannah kenapaaa harus ngaku yaa..cuman gara2 gak mau ketauan buta huruf, huhuhu...btw reviewnya sekalian curcol ya mas? hihihih
BalasHapusdi novelnya dijelaskan dgn filsafat mbak.. aduh gak mudeng! ayahnya Berg seorang filosof.. dijelaskan soal prinsip individu merdeka gtu.. (menanggapi kenapa Hanna kok bersikeras nutupi rahasianya)..
Hapusreview-ku kebanyakan selip2in curhat mbak,, hahaha
Thumb Up!
BalasHapustahu alamat ebooknya ngak??
BalasHapusaku udah nyari novel ini tapi ngak ad lagi yang jual..
Please, bantuin saya, saya btuh bgt buat tugas akhir. trmakash.
Wah, reviewnya lumayan provokatif, nih :) Buku ini saya simpan setelah tiba di halaman 100 sekian. Baca review ini jadi ingin melanjutkan sesegera mungkin ^_^
BalasHapus